PUISI AYU LARASATI
(Dimuat Horison, 2014)
Bait yang Sempurna
Kepada AN
Oleh: Ayu Larasati
Aku ingin sebait puisi yang sempurna, yang kautulis di bawah bayang-bayang lampu pijar yang meredup.
Kaulukiskan semua latar secara detail laksana setitik noktah yang berpendar di landasan putih.
Aku ingin sebait puisi yang sempurna, yang kautulis di bawah atap rumah-rumah yang melapuk papannya di telan musim. Puisi yang kau tulis seperti menenun sebentang kain dengan benang yang kautarik dari palung jiwamu.
Aku ingin sebait puisi yang tergerai di rambutmu, terkibar di terpa angin musim gugur. Agar jelas setiap inci citraan yang kaulukiskan.
Aku ingin sebait puisi yang kautulis hanya untukku, dengan tinta air mata, seiring patahan hujan yang merayapi ujung penamu.
Aku ingin sebait sempurna dari puisimu,
Namun kali ini cukuplah senyummu melengkung di mata senja yang berpendar.
2014
Langkah
Kepada teman-teman seperjuangan
Oleh: AyuLlarasati
Kaubilang, langkah kakimu akan menerobos
Ilalang pagi ini di sabana entah,
Di sana ada tembok-tembok yang mesti
kaurobohkan
Di sana ada kerikil-kerikil tajam
menusuk yang perlu kau singkirkan
2014
Kepingan Mozaik Mimpi
Oleh: Ayu Larasati
mentari kembali meniupkan serulingnya, saat aku kembali
meniti tangga-tangga menjulang
kutatap kembali arakan awan bak kapas-kapas putih
mengambang
tak ada yang peduli, akulah setitik debu yang
mencari mozaiknya yang tercecer
di sela kerikil memuai
di palung jiwa aku terkapar gamang, tersungkur pada
kebingungan. Ku tengok kembali liang langit,
tak ada lagi tangan pelangi terentang memeluk
menjulang ratusan, bahkan ribuan anak tangga
yang harus kutiti
tapi izinkanlah sejenak aku terbaring
di kepingan mimpiku, yang tercecer di lorong waktu
2014
Pahlawan
Oleh: Ayu Larasati
Kusibak kembali setumpuk daun kering sejarah
Yang memenuhi pelataran masa lampau
Sesak melesat di dadaku saat kubaca
Darah terburai, mengalir
Di setiap jengkal tanah yang
Mereka pertahankan
Merekalah lilin-lilin yang membakar diri mereka
Agar kedaulatan tetap nyala
2014
Nada
: untukmu, senyawa hati
Oleh: Ayu Larasati
Adalah jemarimu menari
Di atas denting-denting waktu
Lantas hening menjelma nada
Saat ini tak penting bagiku
Adalah sepotong tanya dalam gores
Mendadak dirimu berbaur
Bersama tuts-tuts piano
Lantas sendu menjelma lagu
Saat ini tak mengerti bagiku
Adalah detik waktu berhenti berpacu
Saat mata kita beradu
September 20
2013
Certamen ergo sum
(Aku berjuang, maka aku ada)
: untuk setiap tetes keringat perjuangan
Oleh: Ayu larasati
Diiringi irama malam kumenari
Bersama lembaran-lembaran kertas
Beriring daun kelapa yang memetikkan jarinya
Pada gitar angin
Juga kerikil-kerikil bisu yang menyertai sepi
Namun bintang tak terbit malam ini
Padahal ingin kusimpan setiap kerlingnya
Sebagai kunang-kunang yang
Melintas di kolam kecil imajinasiku
Untuk setiap tetes keringat perjuangan..
Untuk semua impian, destinasi dan cita-cita..
; aku berjuang maka aku ada
: untuk semua impian yang melayang di ranah pikirku
Yang kutahu, tanpa mimpi aku mati
Karena ia adalah udara dalam nafas
Ia terus mengalir di sungai kalbu
Seperti detik, ia terus bergulir memenuhi kalbu
Memenuhi benakku
September 2013
Dzikir senja
Oleh: Ayu Larasati
Selendang jingga sang mega
Gerimis senja dan
Setangkai bougenvill yang menggigil di sudut taman
Melantunkan dzikir senja
Melantunkan syair rindu
Ke hadirat-Nya
Baris-Baris Doa
Oleh: Ayu Larasati
Malam merayapi dinding waktu
Purnama duduk di singgasana malam
Semilir angin menebarkan
Harum aroma adzan
Sajadah terbentang, jiwa tergetar
Pada-Mu Tuhan, baris-baris doaku terpapar
Sepertiga
Oleh: Ayu Larasati
kala fajar memeluk langit
sang kejora berkerlip, berdenyit
kembali daun-daun
melantunkan syair langit
kala utas wudhu mengecup halus pipiku
membasuh jiwaku
kembali sang angin memutar biji-biji tasbih
dalam air mata pasrah
saat rindu terdedah...
Purwokerto 2013
0 komentar:
Posting Komentar